PENGERTIAN ETIKA
MENURUT PARA AHLI
1.
KBBI
Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia menyebutkan etika yaitu ilmu tentang baik dan
buruknya perilaku, hak dan kewajiban moral; sekumpulan asa atau nila-nilai yang
berkaitan dengan akhlak; nilai mengenai benar atau salahnya perbuatan atau
perilaku yang dianut masyarakat.
2.
W. J. S. Poerwadarminto
Menurut
W. J. S. Poerwadarminto .Etika merupakan ilmu pengetahuan tentang asas-asas
akhlakatau moral.
3.
Hamzah Yakub
Menurut
Hamzah Yakub. Etika yaitu menyelidiki suatu perbuatan mana yang baik dan mana
yang buruk.
4.
Soegarda Poerbakawatja
Menurut
Soegarda Poerbakawatja. Etika adalah sebuah filsafat berkaitan dengan
nilai-nilai, tentang baik dan buruknya tindakan an kesusilaan.
5.
Drs. O. P. Simorangkir
Menurut
Drs. O. P. Simorangkir. Etika merupakkan pandangan manusia terhadap baik dan
buruknya perilaku manusia.
6.
H. A. Mustafa
Menurut
H. A. Mustafa. Etika merupakan ilmu yang menyelidiki mana yanhg baik dan yang
buruk dengan memperhatika amal perbuatan manusia sejauh yang dapat diketahuin
oleh akar pikirannya.
7.
Aristoteles
Aristoteles
membagi pengertian etika menjadi dua, yaitu Terminius Technikus dan Manner and
Custom. Terminius Technikus merupaka etika yang dipelajari sebagai ilmu
pengetahuan yang mempelajari suatu problema tindakan atau perbuatan manusia.
8.
K. Bertens
Menurut
K. Bertens. Etika merupakan nilai-nila dan norma-norma moral, yang menjadi
pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur perilaku.
9.
Prof. DR. Franz Magnis Suseno
Menurut
Prof. DR. Franz Magnis Suseno. Etika adalah ilmu yang mencari orientasi atau
ilmu yang memberikan arah dan pijakan dalam tindakan manusia.
10.
Ramali dan Pamuncak
Menurut
Ramali dan Pamuncak. Etika adalah pengetahuan tentang perilaku yang benar dalam
profesi.
11. Martin
Menurut
Martin. Etika adalah suatu disiplin ilmu yang berperan sebagai acuan atau
pedoman untuk mengontrol tingkah laku atau perilaku manusia.
12.
Maryani dan Ludigdo
Menurut
mereka, etika merupakan seperangkat norma, aturan atau pedoman yang mengatur
segala perilaku manusia, baik yang harus dilakukan dan yang harus ditinggalkan
yang dianut oleh sekelompok masyarakat atau segolongan masyarakat.
13.
Ahmad Amin
Menurut
Ahmad Amin. Etika merupakan suatu ilmu yang menjelaskan tentang arti baik dan
buruk serta apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia, juga menyatakan sebuah
tujuan yang harus dicapai manusia dalam perbuatannya dan menunjukkan arah untuk
melakukan apa yang seharusnya didilakukan oleh manusia.
14.
Drs. Sidi Gajabla
Menurut
Drs. Sidi Gajabla. Etika merupakan teori tentang perilaku atau perbuatan
manusia yang dipandang dari segi baik & buruknya sejauh mana dapat
ditentukan oleh akal manusia.
15.
Drs. H. Burhanudin Salam
Menurut
Drs. H. Burhanudin Salam. Etika ialah suatu cabang ilmu filsafat yang berbicara
tentang nilai -nilai dan norma yang dapat menentukan perilaku manusia dalam
kehidupannya.
16.
James J. Spillane SJ
Menurut
James J. Spillane SJ. Etika adalah mempertimbangkan atau memperhatikan tingkah
laku manusia dalam mengambi suatu keputusan yang berkaitan dengan moral. Etika
lebih mengarah pada penggunaan akal budi manusia dengan objektivitas untuk
menentukan benar atau salahnya serta tingkah laku seseorang kepada orang lain.
17.
Asmaran
Menurut
Asmaran. Etika adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia, tidak hanya
menentukan kebenaran seperti mereka, tetapi juga untuk menyelidiki manfaat atau
keuntungan dari semua perilaku manusia
PRINSIP-PRINSIP
ETIKA PROFESI AKUNTANSI
- Menurut IFAC
1. Integritas
Seorang
akuntan professional harus tegas dan jujur dalam semua keterlibatannya dalam
hubungan profesional dan bisnis.
2. Objektivitas
seorang
akuntan professional seharusnya tidak membiarkan bias, konflik kepentingan,
atau pengaruh yang berlebihan dari orang lain untuk mengesampingkan penilaian
professional atau bisnis.
3. Kompetensi
professional dan Kesungguhan
Seorang
akuntan professional harus bertindak tekun dan sesuai dengan standar teknis dan
professional yang berlaku dalam memberikan layanan professional.
4. Kerahasiaan
seorang
akuntan professional harus menghormati kerahasian informasi yang diperoleh
sebagai hasil dari hubungan bisnis professional dan bisnis tidak boleh
mengungkapkan informasi tersebut kepada pihak ketiga, tanpa otoritas yang tepat
dan spesifik kecuali ada hak hukum atau professional atau kewajiban untuk
mengungkapkan.
5. Perilaku
Profesional
Seorang
akuntan professional harus patuh pada hukum dan peraturan-peraturan terkait dan
seharusnya menghindari tindakan yang bisa mendeskreditkan profesi.
- Menurut AICPA
1. Tanggung
Jawab
dalam
melaksanakan tanggung jawab mereka sebagai professional, anggota harus
menerapkan penilaian professional dan moral yang sensitive dalam segala
kegiatannya.
2. Kepentingan
Umum
anggota harus
menerima kewajiban mereka untuk bertindak dengan cara yang dapat melayani
kepentingan publik, menghormati kepercayaan publik, dan menunjukkan komitmen
terhadap profesionalisme.
3. Integritas
untuk
mempertahankan dan memperluas kepercayaan masyarakat, anggota harus melakukan
semua tanggung jawab professional dengan integritas tertinggi.
4. Objectivitas
dan Independensi
Seorang
anggota harus mempertahankan objectivitas dan bebas dari konflik
kepentingan dalam melaksanakan tanggung jawab professional, serta harus
independen dalam penyajian fakta dan tampilan ketika memberikan layanan audit
dan jasa atestasi lainnya.
5. Due
Care
seorang
anggota harus mematuhi standar teknis dan etis profesi, berusaha terus menerus
untuk menigkatkan kompetensi dan layanan dalam melaksanakan tanggung jawab
professional dengan kemampuan terbaik yang dimiliki anggota.
6. Sifat
dan Cakupan Layanan
seorang
anggota dalam praktik publik harus memerhatikan Prinsip-prinsip dari Kode Etik
Profesional dalam menentukan lingkup dan sifat jasa yang akan disediakan.
- Menurut IAI dalam kongres VIII tahun 1998
1. Tanggung
Jawab Profesi
Dalam prinsip
tanggung jawabnya sebagai profesional, setiap anggota berkewajiban menggunakan
pertimbangan moral dan profesional setiap melakukan kegiatannya.
2. Kepentingan
Publik
Setiap
anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam kerangka pelayanan kepada
publik, mengormati kepercayaan publik, dan menunjukkan komitmen atas
profesionalisme.
3. Integritas
Integritas
adalah suatu satu kesatuan yang mendasari munculnya pengakuan profesional.
Integritas merupakan kualitas yang mendasari kepercayaan publik dan merupakan
standar bagi anggota dalam menguji semua keputusan yang diambilnya.
4.
Kompetensi
dan Kehati- hatian Profesional
Kompetensi
profesional dapat dibagi menjadi 2 fase yang terpisah:
a. Pencapaian
Kompetensi Profesional.
Pencapaian
ini pada awalnya memerlukan standar pendidikan umum yang tinggi, diikuti oleh
pendidikan khusus, pelatihan dan ujian profesional dalam subjek- subjek yang
relevan.
b. Pemeliharaan
Kompetensi Profesional.
Kompetensi
harus dipelihara dan dijaga melalui komitmen, pemeliharaan kompetensi
profesional memerlukan kesadaran untuk terus mengikuti perkembangan profesi
akuntansi.
5. Objektivitas
Prinsip
objektivitas mengharuskan anggota bersikap adil, tidak memihak, jujur, secara
intelektual, tidak berprasangka atau bias, serta bebas dari benturan
kepentingan atau berada di bawah pengaruh pihak lain.
6. Kerahasiaan
Setiap
anggota harus menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh selam melakukan
jasa profesional dan tidak boleh memakai atau mengungkapkan informasi tersebut
tanpa persetujuan.
7. Perilaku
Profesional
Kewajiban
untuk menghindari perbuatan atau tingkah laku yang dapat mengurangi tingkat
profesi harus dipenuhi oleh anggota sebagai perwujudan tanggung jawabnya kepada
penerima jasa, pihak ketiga, anggota yang lain, staff, pemberi kerja dan
masyarakat umum.
8. Standar
Teknis
Standar
teknis dan standar professional yang harus ditaati anggota adalah standar yang
dikeluarkan oleh IAI, International Federation of Accountants, badan pengatur,
dan peraturan perundang- undangan yang relevan.
PERKEMBANGAN ETIKA BISNIS
1.
Situasi Dulu
Pada awal sejarah filsafat, Plato, Aristoteles, dan filsuf-filsuf Yunani
lain menyelidiki bagaimana sebaiknya mengatur kehidupan manusia bersama dalam
negara dan membahas bagaimana kehidupan ekonomi dan kegiatan niaga harus
diatur. Dalam filsafat dan teologi Abad pertengahan pembahasan ini dilanjutkan,
dalam kalangan Kristen maupun Islam, Topik-topik moral sekitar ekonomi dan
perniagaan tidak luput pula dari perhatian filsafat (dan teologi) di zaman
modern. Dengan membatasi diri pada situasi di Amerika Serikat selama paro
pertama abad ke-20, De George melukiskan bagaimana di perguruan tinggi masalah
moral di sekitar ekonomi dan bisnis terutama disoroti dalam teologi.
Pada waktu itu banyak universitas diberikan kuliah agama dimana masiswa mempelajari
masalah – masalah moral sekitar ekonomi dan bisnis. Pembahasannya tentu
berbeda, sejauh mata kuliah ini diberikan dalam kalangan katolik atau
protestan. Dengan demikian di Amerika Serikat selama paro pertama pada abad
ke-2 etika dalam bisnis terutama
dipraktekan dalam konteks agama
dan teologi. Dan pendekatan ini masih berlangsung terus
sampai hari ini, di Amerika Serikat maupun ditempat lain.
2.
Tahun 1960-an
Dalam tahun 1960-an
terjadi perkembangan baru yang
dilihat sebagai persiapan langsung bagi timbulnya etika bisnis
dalam dekade berikutnya. Dasawarsa1960-an ini di
Amerika Serikat (dan dunia barat
pada umumnya) ditandai oleh pemberontakan terhadap
kuasa dan otoritas, revolusi mahasiswa (mulai di ibukota Prancis bulan Mei
1968). Suasana tidak tenang ini diperkuat lagi karena frustasi yang dirasakan
secara khusus oleh kaum muda dengan keterlibatan Amerika Serikat dalam perang
Vietnam. Rasa tidak puas ini mengakibatkan demonstrasi – demonstrasi paling
besar dirasakan di Amerika serikat. Secara khusus kaum muda menolak kolusi yang
dimata mereka terjadi antara militer dan industri. Industri dinilai terutama
melayani kepentingan militer. Serentak juga untuk pertama kali timbul kesadaran
akan masalah ekologis dan terutama industri di anggap sebagai penyebab masalah
lingkungan hidup itu dengan polusi udara, air, dan tanah serta limbah beracun
dan sampah nuklir.
Dunia pendidikan menanggapi situasi ini dengan cara berbeda – beda. Salah
satu reaksi paling penting adalah memberi perhatian khusus kepada social issues
dalam kuliah tentang manajemen.
Beberapa sekolah bisnis mulai
dengan mencamtumkan mata kuliah
baru di kurikulumnya yang
biasanya dibesi nama Business and Society.
Kuliah ini diberikan oleh Doden – Dosen manajeman dan mereka menyusun buku –
buku pegangan dan publikasi lain untuk menunjang matakuliah
itu. Pendekatan ini diadakan
dari segi manajemen, dengan sebagaian melibatkan
juga hukum dan sosiologi,
tetapi teori etika filosofis
disini belum dimanfaatkan.
3.
Tahun 1970-an
Etika bisnis sebagai suatu bidang
intelektual dan akademis dengan identitas sendiri mulai terbentuk di Amerika
Serikat tahun 1970-an. Jika sebelumnya etika hanya membicarakan aspek – aspek
moral dari bisnis di samping banyak pokok pembicaraan
moral lainya (etika dalam
hubungan dengan bisnis), kini
mulai berkembang etika dalam arti sebenarnya. Jika sebelumnya hanya para teolog
dan agamawan pada tahap ilmiah (teologi) membicarakan masalah – masalah moral
dari bisnis, pada tahun 1970-an para filsuf memasuki wilayah penelitian ini
dalam waktu singkat menjadi kelompok
yang paling dominan. Sebagaian
sukses usaha itu, kemudian beberapa
filsuf memberanikan diri untuk
terjun kedalam etika bisnis sebagai sebuah
cabang etika terapan lainnya. Faktor kedua yang memicu timbulnya etika bisnis sebagai
suatu bidang study yang serius adalah krisis moral yang dialami dunia bisnis
Amerika pada awal tahun.
1970-an krisis moral dalam dunia
bisnis itu diperkuat lagi oleh krisis moral lebih umum yang melanda seluruh
masyarakat Amerika pada waktu itu. Melatarbelakangi krisis moral yang umum itu
, dunia bisnis amerika tertimpa oleh kerisis moral yang khusus . Sebagaian
sebagai reaksi atas terjadinya peristiwa – peristiwa tidak etis ini pada awal
tahun 1970-an dalam kalangan pendidikan Amerika didasarkan kebutuhan akan
refleksi etika di bidang bisnis. Salah satu usaha khusus adalah menjadikan
etika bisnis sebagai mata kuliah dalam kurikulum ini ternyata berdampak luas.
Dengan demikian dipilihnya etika bisnis sebagai mata kuliah dalam kurikulum
sekolah bisnis banyak menyumbang kapada perkembangannya ke arah bidang ilmiah
yang memiliki identitas sendiri.
Terdapat dua faktor yang mendorong
kelahiran etika bisnis pada tahun 1970-an yaitu:
- Sejumlah filsuf mulai terlibat dalam memikirkan masalah-masalah etis di sekitar bisnis dan etika bisnis dianggap sebagai suatu tanggapan tepat atas krisis moral yang sedang meliputi dunia bisnis.
- Terjadinya krisis moral yang dialami oleh dunia bisnis. Pada saat ini mereka bekerja sama khususnya dengan ahli ekonomi dan manejemen dalam meneruskan tendensi etika terapan. Norman E. Bowie menyebutkan bahwa kelahiran etika bisnis ini disebabkan adanya kerjasama interdisipliner, yaitu pada konferesi perdana tentang etika bisnis yang diselanggarakan di universitas Kansas oleh philosophi Departemen bersama colledge of business pada bulan November 1974.
4.
Tahun 1980-an
Di Eropa Barat etika bisnis sebagai ilmu baru mulai berkembang kira –
kira sepuluh tahun kemudian , mula – mula di inggris yang secara geografis
maupun kultural paling dekat dengan Amerika Serikat, tetapi tidak lama kemudian
juga negara– negara Eropa Barat lainnya. Semakin banyak fakultas ekonomi atau
sekolah bisnisdi Eropa mencantumkan mata kuliah etika bisnis dalam
kurikulumnya, sebagai mata kuliah pilihan ataupun wajib di tempuh. Sepuluh
tahun kemudian sudah terdapat dua belas profesor etika bisnis pertama di
universitas – Universitas Eropa. Pada tahun 1987 didirikan European Business
Ethich Network (EBEN) yang bertujuan menjadi forum
pertemuan antara akademisi dari
universitas serta seklah bisnis
, para pengusaha dan wakil –wakil organisasi nasional dan
internasional seperti misalnya serikat buruh).
Konferensi EBEN yang pertama
berlangsung di Brussel (1987). Konferensi
kedua di Barcelona (1989) dan selanjutnya ada konferensi setiap tahun : Milano
(1990), London (1991), Paris (1992), Sanvika , Noerwegia (1993), St.
GallenSwis (1994), Breukelen ,
Belanda (1995), Frankfurt
(1996). Sebagaian bahan konferensi – konferensi itu
telah diterbitkan dalam bentuk buku.
5.
Tahun 1990-an
Dalam dekade 1990-an sudah menjadi
jelas, etika bisnis tidak terbatas lagi pada dunia barat. Kini etika bisnis
dipelajari, diajarkan dan dikembangkan di seluruh dunia, kita mendengar tentang
kehadiran etika bisnis amerika latin, eropa timur, apalagi sejak runtuhnya
komunisme disana sebagai sistem politik dan ekonomi. Tidak mengherankan bila
etika bisnis mendapat perhatian khusus di negara yang memiliki ekonomi yang
paling kuat di luar dunia barat. Tanda bukti terakhir bagi sifat global etika
bisnis adalah telah didirikannya international society for business management
economis and ethics (ISBEE).
Dalam menciptakan etika bisnis, ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan, antara lain adalah:
· Pengendalian
diri
· Pengembangan
tanggung jawab social (social responsibility)
· Mempertahankan
jati diri dan tidak mudah untuk terombang-ambing oleh pesatnya perkembangan
informasi dan teknologi
· Menciptakan
persaingan yang sehat
· Menerapkan
konsep “pembangunan berkelanjutan”
· Menghindari
sifat 5K (Katabelece, Kongkalikong, Koneksi, Kolusi, dan Komisi)
· Mampu
menyatakan yang benar itu benar
· Menumbuhkan
sikap saling percaya antara golongan pengusaha kuat dan golongan pengusaha ke
bawah
· Konsekuen
dan konsisten dengan aturan main yang telah disepakati bersama
· Menumbuhkembangkan
kesadaran dan rasa memiliki terhadap apa yang telah disepakati
· Perlu
adanya sebagian etika bisnis yang dituangkan dalam suatu hokum positif yang
berupa peraturan perundang-undangan
ETHICAL GOVERNANCE
Ethical
Governance ( Etika Pemerintahan ) adalah Ajaran untuk berperilaku yang baik dan
benar sesuai dengan nilai-nilai keutamaan yang berhubungan dengan hakikat
manusia. Dalam Ethical Governance ( Etika Pemerintahan ) terdapat juga masalah
kesusilaan dan kesopanan ini dalam aparat, aparatur, struktur dan lembaganya.
Kesusilaan adalah peraturan hidup yang berasal dari suara hati manusia. Suara hati
manusia menentukan perbuatan mana yang baik dan mana yang buruk, tergantung
pada kepribadian atau jati diri masing-masing. Manusia berbuat baik atau
berbuat buruk karena bisikan suara hatinya ( consience of man ). Kesusilaan
mendorong manusia untuk kebaikan akhlaknya, misalnya mencintai orang tua, guru,
pemimpin dan lain – lain, disamping itu kesusilaan melarang orang berbuat
kejahatan seperti mencuri, berbuat cabul dan lain – lain. Kesusilaan berasal
dari ethos dan esprit yang ada dalam hati nurani. Sanksi yang melanggar
kesusilaan adalah batin manusia itu sendiri, seperti penyesalan, keresahan dan
lain – lain. Saksi bagi mereka yang melanggar kesopanan adalah dari dalam diri
sendiri, bukan dipaksakan dari luar dan bersifat otonom.
Kesopanan
adalah peraturan hidup yang timbul karena ingin menyenangkan orang lain, pihak
luar, dalam pergaulan sehari – hari bermasyarakat, berpemerintahan dan lain –
lain. Kesopanan dasarnya adalah kepantasan, kepatutan, kebiasaan, keperdulian,
kesenonohan yang berlaku dalam pergaulan ( masyarakat, pemerintah, bangsa dan
negara ). Kesopanan disebut pula sopan santun, tata krama, adat, costum, habit.
Kalau kesusilaan ditujukan kepada sikap batin (batiniah ), maka kesopanan
dititik beratkan kepada sikap lahir ( lahiriah ) setiap subyek pelakunya, demi
ketertiban dan kehidupan masyarakat dalam pergaulan. Tujuan bukan pribadinya
akan tetapi manusia sebagai makhluk sosial (communal, community, society,
group, govern dan lain – lain ), yaitu kehidupan masyarakat, pemerintah, berbangsa
dan bernegara. Sanksi terhadap pelanggaran kesopanan adalah mendapat celaan di
tengah – tengah masyarakat lingkungan, dimana ia berada, misalnya dikucilkan
dalam pergaulan. Sanksi dipaksakan oleh pihak luar (norma, kaedah yang ada dan
hidup dalam masyarakat ). Sanksi kesopanan dipaksakan oleh pihak luar oleh
karena itu bersifat heretonom. Khususnya dalam masa krisis atau perubahan,
prinsip pemerintahan dan fundamental etika-nya di dalam masyarakat sering kali
dipertanyakan dan kesenjangan antara ideal dan kenyataan ditantang. Belum lagi,
kita mengerti diskusi Etika Pemerintahan sebagai diskursus berjalan dalam
pengertian bersama tentang apa yang membuat pemerintahan itu baik, dan langkah
konkrit yang mana yang harus dilakukan dalam rangka berangkat dari konsensus
bersama ke pemerintahan praktis itu adalah indikator demokrasi dan masyarakat
multidimensi.
- http://www.pelajaran.co.id/2016/29/pengertian-etika-dan-fungsinya-menurut-para-ahli.html
- https://dwiyustiyanita.wordpress.com/2016/11/04/prinsip-prinsip-etika-profesi-akuntansi-menurut-aicpa-iai-ifac/
- https://zehanwidiastuti.wordpress.com/2015/10/27/perkembangan-dalam-etika-bisnis/
- http://yonayoa.blogspot.co.id/2012/10/etika-governance_20.html